Selasa, 19 Juli 2011

Wendie (novel introduction)

Gue mau coba bikin novel, ini baru jadi introduction tokoh2nya

Pada suatu siang di sebuah kamar dalam sebuah rumah di sebuah perumahan terlihatlah sebuah benda yang menyerupai sarang burung sedang diam di depan sebuah benda kotak yang berwarna hitam. Ternyata benda yang mirip dengan sarang burung tadi tidak lain dan tidak bukan, mungkin juga tidak sama atau tidak iya adalah rambut seorang perempuan bernama Wendie yang sedang melotot di depan laptop sang ayah dan sedang sibuk mengetik di blog kesayangannya yang berjudul "Gue Wendie" Ya, sebuah nama blog yang sesuai di mata anak gaul jaman sekarang.

"Dear my blog that is very goblog, my pren and my guys. W.E.N.D.I.E kembali lagi di hadapan kalian dengan muka keren seperti biasa" ucap Wendie bak seorang penyiar radio pagi sambil terus sibuk mengetik.

Tanpa sadar mamanya telah berteriak-teriak sedari tadi sampai tenggorokannya kering, lidahnya putus, dan make upnya luntur semua. Eh, enggak deh. Capek aja teriak-teriak karena daritadi memanggil anak tercintanya yang lagi seru sendiri sampai budek.

"WENDIE TURUN NANTI JATAHMU MAMA KASIHIN ANDI LOH!"

Mendengar jatahnya akan diberikan pada Andi, adiknya tersayang tapi tidak sesayang itu untuk dibagi makanan Wendie langsung berlari secepat kilat bagai Valentino Rossi memacu sepeda motornya.

"bused dah, kakak tau kalau kakak ga rela bagi jatah makanan ke Andi. Tapi kalau kayak gitu nanti rumahnya goyang, terus kacanya pecah, terus roboh, terus.. terus.. huaaa, Andi gamau tinggal di jalanan!"

"Awas aja kamu Ndi, jangan berani-berani ambil jatah kakak. hmph."

"Sudah, kalian ini berantem terus kerjaannya, SEKARANG JUGA BERHENTI DAN PERGI SEKOLAH!!!" omel sang mama dengan khas senyum di awalnya, dan segera tanpa basa basi mereka segera lari keluar rumah menuju sekolah sambil berdoa mama mereka belum berubah jadi drakula.

"widiih, manyun aja muka lu. Eh by the way gue laper nih." ucap seorang teman Wendie pemilik hidung, eh rambut keriting bernama Kiko. Yang dibalas dengan tatapan membunuh dari Wendie. "Enak aja, dikira gue restoran berjalan apa?" balas Wendie sambil meneguk minuman berlogo so*ro yang baru dibelinya.

Kiko ini sahabat sejatinya Wendie. Kadang-kadang sih lebih mirip babu daripada sahabat, tapi dianya happy-happy aja tuh.

"yaudah Wen, tapi kenapa manyun mulu sih?"

Wendie yang sedang bete karena keadaan pagi itu terus berjalan tanpa memedulikan sahabatnya. Tiba-tiba.. "brukk" buku-buku yang dibawa Wendie bertebaran di lantai. Seseorang menabraknya. Wendie segera berjongkok untuk mengumpulkan buku-bukunya yang terjatuh, cowok yang menabraknya juga berjongkok dengan maksud yang sama, tangan mereka bersentuhan. Mata pun saling bertatapan, Wendie menatap terkesima ke muka cowok ganteng yang berjongkok di depannya. kenapa jadi dialog sinetron?!

Hati yang berbunga
Pada pandangan pertama
Oh Tuhan tolonglah
Aku cinta, aku cinta dia...

"restoran! gue kira siapa, jalan pake mata dong." cowok tersebut segera berdiri dan ngamuk sambil sewot

"enak aja restoran! lu tuh yang jalan pake mata, gue sih pake kaki." balas Wendie tak kalah sewot

"bused dah ini berdua berantem terus setiap hari, kapan akurnya?" protes Kiko sambil membantu Wendie membereskan buku-buku yang terjatuh di lantai.

Divo. ya, Divo nama cowok itu. tetangga sekaligus musuh bebuyutan Wendie. Gaada yang namanya akur dalam kamus mereka, setiap hari kalau nggak berantem ya diem-dieman. Walaupun hobi si Divo ini makan, badannya kurus kering.

Karena bel telah berbunyi mereka bertiga bergegas masuk ke dalam kelas, pelajaran pertama adalah pelajarannya busuk. Alias, Bu Sukma, guru yang killer abis.

"Kalau dijabarin pakai rumus sih jadinya C6H12o6 + o2 = H2o + Co2 + energi"

Nah, yang ini Hans, sang profesor. Otaknya sebelas duabelas lah sama Einstein, super hero Wendie waktu lagi ulangan deh pokoknya. Teman sebangku sekaligus sahabat Wendie, terlebih saat dikasih contekan.

"Wendie! lama banget kamu datengnya, sebentar lagi Bu Sukma masuk loh." panggil Hans.

"iya, tadi ada sedikit kecelakaan." Wendie melirik Divo sambil memasang muka ngeledek.

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat (tumben cepet..) jam dinding menunjukkan pukul 12.05, keadaan yang sangat tidak memungkinkan untuk bertahan duduk bagi para murid yang berperut lapar. Seperti biasa, guru mengambil beberapa menit waktu istirahat.

"Bu, lama banget sih. Saya kan hungry!" protes seorang murid dengan perut berisi cacing teriak-teriak

"Ibu juga hungry kali" jawab sang guru

"Ibu hungry? saya Henry, hehe"

Kalau yang tadi namanya Hans, ini Henry. Mereka berdua saudara kembar sejak lahir dan bermuka mirip, tapi sifat, perilaku, dan otak mereka jauh berbeda. Henry ini anak paling bandel seseantro kelas. Tak dapat dipungkiri, hobinya adalah ngerjain guru.

Busuk jengkel, semua murid langsung dpersilahkan keluar kelas. Wendie dan Kiko ikut terseret arus anak-anak lapar yang berhamburan keluar, sampailah mereka di kantin.

"Bused dah si Busuk, nyita waktu kita lama banget." protes Kiko

"emm, iya iya bener" Wendie sibuk melahap semangkuk bakso dan segelas es cincau segar dengan nikmat.

"halo teman-temanku tercinta!!" sapa Henry sambil menggebrak meja.

"spada?" Divo juga pengen gebrak meja tapi keburu dihalau Wendie.

"jangan ah, entar bakso gue tumpah semua." sahut Wendie sambil sibuk mengunyah

"hmm, jadi gini nih. Kik, Wen. ceritanya gue sama Divo mau pinjem duit nih." Kata Divo akhirnya

"ceritanya doang kan? yaudah sana pergi." jawab Wendie super sewot

Setelah insiden tawar menawar yang panjang akhirnya cowok-cowok pengganggu tadi, plus Hans mendapat uang lima belas ribu dari si baik hati Kiko.

Begitulah sebagian dari kejadian-kejadian seru yang terjadi di SMP kasih mulia, sekolah gue. Tutup Wendie sambil mengetikkan beberapa kata curhatan terakhir dalam blognya malam itu. Wendie menutup laptop kemudian berbaring dengan maksud untuk tidur, tetapi belum sempat ia menutup mata terdengar suara musik dari rumah sebelah.

To be continued

lagi gaada ide, entar gue lanjutin hahaha

1 komentar: