Selasa, 19 Juli 2011

Curhat Seorang Pecandu Narkoba

Di sini kududuk termenung.
Diatas lantai dingin yang mencekam.
Dibalik jeruji besi  sebagai tabir penghalang.
Kini kuhanya dapat meratapi.
Kuhanya dapat menyesal.
Atas apa yang telah kuperbuat di masa lalu.

Sejenak pikiranku melayang.
Aku bagaikan kembali ke masa lalu.
Kulihat kehidupanku dulu.
Bagaikan balada yang sungguh menyedihkan.
Dan aku bertanya dalam hati.
Mengapa aku sehina ini?

Kuingat hari itu.
Saat terjadinya sebuah razia.
Yang membuatku berada di sini sekarang.
Mereka menemukan barang haram itu.
Di tengah hitamnya cakrawala.
Aku sampai di tempat ini.


Tempat yang penuh kesedihan.
Tempat munculnya penyesalan yang terlambat.
Aku tidak ingin berada disini.
Aku ingin pulang.
aku ingin berkumpul bersama keluargaku kembali.

Sayang penyesalanku terlambat.
Entah kapan aku dapat keluar dari tempat ini.
Kudengar suara tangis ibuku.
Dan sakitnya tamparan ayah masih terasa di pipiku.
Maafkan aku Ibu, maafkan aku ayah.
Aku telah mengecewakan kalian .
Aku tidak dapat menjadi  seperti yang kalian inginkan.


Gigiku berderak keras.
membayangkan penderitaan yang akan kualami.
Ingin rasanya kembali ke masa lalu.
Ingin rasanya memperbaiki semua ini.
Tapi aku hanya dapat duduk disini.
Dan menyesali kesalahanku.

SAY NO TO DRUGS! Sebelum semuanya terlambat.

Wendie (novel introduction)

Gue mau coba bikin novel, ini baru jadi introduction tokoh2nya

Pada suatu siang di sebuah kamar dalam sebuah rumah di sebuah perumahan terlihatlah sebuah benda yang menyerupai sarang burung sedang diam di depan sebuah benda kotak yang berwarna hitam. Ternyata benda yang mirip dengan sarang burung tadi tidak lain dan tidak bukan, mungkin juga tidak sama atau tidak iya adalah rambut seorang perempuan bernama Wendie yang sedang melotot di depan laptop sang ayah dan sedang sibuk mengetik di blog kesayangannya yang berjudul "Gue Wendie" Ya, sebuah nama blog yang sesuai di mata anak gaul jaman sekarang.

"Dear my blog that is very goblog, my pren and my guys. W.E.N.D.I.E kembali lagi di hadapan kalian dengan muka keren seperti biasa" ucap Wendie bak seorang penyiar radio pagi sambil terus sibuk mengetik.

Tanpa sadar mamanya telah berteriak-teriak sedari tadi sampai tenggorokannya kering, lidahnya putus, dan make upnya luntur semua. Eh, enggak deh. Capek aja teriak-teriak karena daritadi memanggil anak tercintanya yang lagi seru sendiri sampai budek.

"WENDIE TURUN NANTI JATAHMU MAMA KASIHIN ANDI LOH!"

Mendengar jatahnya akan diberikan pada Andi, adiknya tersayang tapi tidak sesayang itu untuk dibagi makanan Wendie langsung berlari secepat kilat bagai Valentino Rossi memacu sepeda motornya.

"bused dah, kakak tau kalau kakak ga rela bagi jatah makanan ke Andi. Tapi kalau kayak gitu nanti rumahnya goyang, terus kacanya pecah, terus roboh, terus.. terus.. huaaa, Andi gamau tinggal di jalanan!"

"Awas aja kamu Ndi, jangan berani-berani ambil jatah kakak. hmph."

"Sudah, kalian ini berantem terus kerjaannya, SEKARANG JUGA BERHENTI DAN PERGI SEKOLAH!!!" omel sang mama dengan khas senyum di awalnya, dan segera tanpa basa basi mereka segera lari keluar rumah menuju sekolah sambil berdoa mama mereka belum berubah jadi drakula.

"widiih, manyun aja muka lu. Eh by the way gue laper nih." ucap seorang teman Wendie pemilik hidung, eh rambut keriting bernama Kiko. Yang dibalas dengan tatapan membunuh dari Wendie. "Enak aja, dikira gue restoran berjalan apa?" balas Wendie sambil meneguk minuman berlogo so*ro yang baru dibelinya.

Kiko ini sahabat sejatinya Wendie. Kadang-kadang sih lebih mirip babu daripada sahabat, tapi dianya happy-happy aja tuh.

"yaudah Wen, tapi kenapa manyun mulu sih?"

Wendie yang sedang bete karena keadaan pagi itu terus berjalan tanpa memedulikan sahabatnya. Tiba-tiba.. "brukk" buku-buku yang dibawa Wendie bertebaran di lantai. Seseorang menabraknya. Wendie segera berjongkok untuk mengumpulkan buku-bukunya yang terjatuh, cowok yang menabraknya juga berjongkok dengan maksud yang sama, tangan mereka bersentuhan. Mata pun saling bertatapan, Wendie menatap terkesima ke muka cowok ganteng yang berjongkok di depannya. kenapa jadi dialog sinetron?!

Hati yang berbunga
Pada pandangan pertama
Oh Tuhan tolonglah
Aku cinta, aku cinta dia...

"restoran! gue kira siapa, jalan pake mata dong." cowok tersebut segera berdiri dan ngamuk sambil sewot

"enak aja restoran! lu tuh yang jalan pake mata, gue sih pake kaki." balas Wendie tak kalah sewot

"bused dah ini berdua berantem terus setiap hari, kapan akurnya?" protes Kiko sambil membantu Wendie membereskan buku-buku yang terjatuh di lantai.

Divo. ya, Divo nama cowok itu. tetangga sekaligus musuh bebuyutan Wendie. Gaada yang namanya akur dalam kamus mereka, setiap hari kalau nggak berantem ya diem-dieman. Walaupun hobi si Divo ini makan, badannya kurus kering.

Karena bel telah berbunyi mereka bertiga bergegas masuk ke dalam kelas, pelajaran pertama adalah pelajarannya busuk. Alias, Bu Sukma, guru yang killer abis.

"Kalau dijabarin pakai rumus sih jadinya C6H12o6 + o2 = H2o + Co2 + energi"

Nah, yang ini Hans, sang profesor. Otaknya sebelas duabelas lah sama Einstein, super hero Wendie waktu lagi ulangan deh pokoknya. Teman sebangku sekaligus sahabat Wendie, terlebih saat dikasih contekan.

"Wendie! lama banget kamu datengnya, sebentar lagi Bu Sukma masuk loh." panggil Hans.

"iya, tadi ada sedikit kecelakaan." Wendie melirik Divo sambil memasang muka ngeledek.

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat (tumben cepet..) jam dinding menunjukkan pukul 12.05, keadaan yang sangat tidak memungkinkan untuk bertahan duduk bagi para murid yang berperut lapar. Seperti biasa, guru mengambil beberapa menit waktu istirahat.

"Bu, lama banget sih. Saya kan hungry!" protes seorang murid dengan perut berisi cacing teriak-teriak

"Ibu juga hungry kali" jawab sang guru

"Ibu hungry? saya Henry, hehe"

Kalau yang tadi namanya Hans, ini Henry. Mereka berdua saudara kembar sejak lahir dan bermuka mirip, tapi sifat, perilaku, dan otak mereka jauh berbeda. Henry ini anak paling bandel seseantro kelas. Tak dapat dipungkiri, hobinya adalah ngerjain guru.

Busuk jengkel, semua murid langsung dpersilahkan keluar kelas. Wendie dan Kiko ikut terseret arus anak-anak lapar yang berhamburan keluar, sampailah mereka di kantin.

"Bused dah si Busuk, nyita waktu kita lama banget." protes Kiko

"emm, iya iya bener" Wendie sibuk melahap semangkuk bakso dan segelas es cincau segar dengan nikmat.

"halo teman-temanku tercinta!!" sapa Henry sambil menggebrak meja.

"spada?" Divo juga pengen gebrak meja tapi keburu dihalau Wendie.

"jangan ah, entar bakso gue tumpah semua." sahut Wendie sambil sibuk mengunyah

"hmm, jadi gini nih. Kik, Wen. ceritanya gue sama Divo mau pinjem duit nih." Kata Divo akhirnya

"ceritanya doang kan? yaudah sana pergi." jawab Wendie super sewot

Setelah insiden tawar menawar yang panjang akhirnya cowok-cowok pengganggu tadi, plus Hans mendapat uang lima belas ribu dari si baik hati Kiko.

Begitulah sebagian dari kejadian-kejadian seru yang terjadi di SMP kasih mulia, sekolah gue. Tutup Wendie sambil mengetikkan beberapa kata curhatan terakhir dalam blognya malam itu. Wendie menutup laptop kemudian berbaring dengan maksud untuk tidur, tetapi belum sempat ia menutup mata terdengar suara musik dari rumah sebelah.

To be continued

lagi gaada ide, entar gue lanjutin hahaha

Saat Nanti

Saat aku tua nanti,
Jangan pernah menyesal untuk membantuku
Jangan pernah bosan menjawab segala pertanyaanku
Dengarkanlah semua ocehan yang keluar dari bibirku
Bersihkanlah bajuku ketika aku mulai menumpahkan makanan

Karena dulu saat kau kecil
Aku selalu membantumu melakukan segalanya
Ikhlas tanpa keberatan, untuk anakku tersayang
Kujawab semua pertanyaan yang kau lontarkan
Walau terkadang pertanyaanmu tidak masuk akal
Setiap malam aku terbangun untuk menenangkan tangismu
Menyuapimu setiap hari karena kamu belum bisa makan sendiri
Semuanya kulakukan, untuk anakku tersayang

ku lakukan semua itu tanpa menuntut balas
Aku hanya ingin merasakan perhatian darimu
Saat yang dapat kulakukan hanyalah berbaring lemas
Setelah bertahun-tahun bekerja keras
Untuk membesarkanmu.

Kau ku masakkan makanan enak setiap hari
Tolong bantu aku untuk mengisi perutku
Kau ku ajarkan berjalan dengan sabar
Walau kau selalu terjatuh dan patah semangat
Tolong papah aku ketika kakiku tak mampu lagi berjalan.

Karena roda kehidupan akan terus berputar...

Let Me Believe in Falling Star

Kemaren gue disuruh bikin cerpen sama temen bule gue, terus IN ENGLISH katanya --" abis itu dia blg lg ke gue, romantic one! ajib, temen2 lain yang dia kasih tantangan ga dikasih tema2an padahal -__-

In me, there’s heart. In heart there’s affection, in affection there’s love, and in love there’s hope. They are all for you, even you’re not created for me please let me to love you and engrave your name in my heart forever.

Tonight is the night that I will fall for you over again… I was standing at my balcony alone, accompanied by my ipod shuffle. While this song floated beautifully to my mind. Wait, I think I saw something, a shiny little dot passed in front of my eyes. A shining star!

“Make a wish” whispered the heart.

“God, please sent me my Romeo that can make my heart feels different”

Yeah, I never had a boyfriend before. I’m not a boyish girl, or even a lesbian. I just never find a boy that can make my heart pounds faster, as a teenager I also wanted to have some love experience like all my friends have.

My phone vibrated hardly. It showed a text from my evil like friend, Jade. She wanted to met me in park now, and so I grabbed my jacket and rode my bike to the park she meant.

“Clementine, don’t you want to have a boyfriend?” she started the conversation.

“It’s not your business isn’t it?.” What does she meant by asking me this?

“Relax Clementine, I’m just asking you to take my challenge. I’m challenging to find a boyfriend by one month.”

“well, I don’t think that this thing is important. Not even near.”

“oh, then you’re afraid.” She tried to make me mad.

“I’m not afraid of anything! Ok, I take your challenge”

“good luck in finding your Romeo then” she smirked, evilly while walking home

And so I’m there, standing at the park, thinking. “why I’m so stupid? How could I found someone that wants to be my boyfriend?” because if I couldn't accomplished this mission Jade will be very happy that she could mock me everyday.

I think and think a whole night, a whole morning. And poof! Unconsciously I’m walking toward my class.

“Hey, I had just rent a cool video game last night. Want to play it at my home?” showed Anne, my classmate.
And at that time, a charming boy walked toward me and Anne.

“Morning girls, can I know where is “x” class?” he asked.

“that’s also our class. Just go straight from here and you will find it.” I answered with no intention.

“Oh, I see. Thanks! And oh, by the way my name is Anthony”

At this time I’m like, uh? His name? Who cares..

That was the first time I see him, at first I didn’t even saw anything good in him. But as the time goes by…

“Let’s go to the canteen dude!”

“hey, we are in the same group again! *high five*”

We are best friends now. But for me, he’s not only my best friend, he’s someone special. Or in the other way he can be called as “my first love”

It had been one month from the day I met Jade in the park, and this day is the day I have to shown her that I can also have a boyfriend. So, I decided to tell Anthony about my feeling.

“Clementine!”

Oh man, that devil comes out..

“uh, hey Jade”

“You didn’t forget our deal right? Already have a boyfriend?” I remembered, but damn she also -__-

“Of course I remember, I will have a boyfriend in fifteen minutes. Wait for me here”

Then, I walked away and called Anthony. I felt my heart pounded really fast, but I couldn’t go back and mess up all my plan. 

So that words flown from my mouth...

But like what I’m afraid of, he said that he couldn’t accept me. Instantly I cried, my heart broke for the first time. This is not about my deal with Jade, what the hell with that, it’s not important at all. But this is about my heart, I’m in love and broken for the first time, in the same time.

In frustration I ran to Jade, I didn't know why I’m doing that. My legs just lead me back to her, and my brain said “get back to Jade, play fairly.”

“Jade, you can mock me whenever you want because..”

“She have a boyfriend, I’m his boyfriend”

You will not believe it guys, that’s Anthony at my back. Saying that he’s my boyfriend?

I couldn’t move, I felt like turning to ice. It’s so unbelievable!

“ck” Jade turned around and walked away, at least she would not mock me again

Anthony stood beside me and explained all the things, he had a girlfriend in Japan and they are going to engage in two months. Anthony have to get back to Japan tomorrow morning and maybe we will never meet again, he felt sorry and want to make me happy for the last time. And at last I was still denied.

It’s better to lose someone than never lose at all, I haven’t found my real Romeo but I have felt how it feels when people fall in love. And the important point is, I have a first love. Although it is an unrequited love, and as people said, first love is hard to forget. The fact is I will never forget him, I will let his name engrave forever in my heart.

So, should I believe at the falling star?

Selamat Pagi! (sayang ngepostnya malem wkwk)

Kubuka jendela di sudut kamar,
Angin pagi datang menyegarkan jiwa,
Kubiarkan mereka bermain dengan rambutku.
Matahari seakan tersenyum senang,
Tersenyum bersamaku, siap menghadapi hari.

Dari bawah terdengar suara tawa riang,
Seorang ibu muda sedang mendorong kereta bayi.
Ia mendongak keatas dan tersenyum menyapaku,
Wajahnya terlihat sangat cantik dibawah sinar matahari,
Mereka adalah pendongkrak semangatku setiap hari.
Mama dan adik kecil, itu panggilanku untuk mereka.

Seorang laki-laki berkacamata duduk mengamati,
Ia terlihat sangat senang hari ini,
Sambil menggenggam kedua sisi koran yang menutupi sebagian wajahnya,
Ia melontarkan canda gurau yang menggelitik perut,
Ia seorang tulang punggung keluarga,
Serta pembentuk motivasi dan kepribadianku
Ia adalah ayahku.

Selamat pagi semuanya,
Aku akan pergi ke sekolah,
Terimakasih atas segalanya,
Berkat kalian aku pasti bisa,
Aku bisa menjadi penerus ayah,
Menjadi seorang pengasih seperti ibu,
Dan berhati polos seperti adik kecilku.

Cinderella

Cinderella pun tiba dengan kereta kencana, sepatu kaca hiasi kakinya...

Malam itu kulihat dirinya
Ia datang sedikit terlambat
Pertama kali kulihat dia
Mata birunya yang indah
Tak terpungkiri, aku jatuh cinta

Semua mata terpana akan kedatangannya, pangeran pun jatuh cinta padanya...

Ia gadis yang telah kucari selama ini
Kami berdansa sepanjang malam
Satu yang tak pernah kulupakan
Sepatu kaca penghias kakinya

Sebuah hal aneh terjadi
Saat jam dinding berdentang dua belas kali
Menunjukkan bahwa sudah saatnya berganti hari
Gadis itu, berlari mengejar waktu

Waktu terus berganti dentang jam pun berbunyi, Cinderella pergi..

Sampai ia tidak terlihat lagi

Cinderella, Cinderellaa...

Yang kutemukan hanyalah sebuah sepatu
Sepatu kaca penghias kakinya tertinggal di tangga
Siapakah gadis itu? Aku harus mencarinya

Dalam pencarian di desa terpencil
Sampailah aku ke dalam rumah kecil
Dihuni oleh sebuah keluarga
Dan kutemuilah wanitaku,
Cinderella...

yang tulisannya begini  diambil dari lagu Cinderellanya Radja, bagian2 itu dinyanyiin sesuai dengan nada di lagunya

yang tulisan biasa dibaca biasa aja

coba deh bacanya kayak gitu, keren deh :D

Tugas edutrip

4 Juni, 1989

“Ma, aku akan pergi untuk meminta keadilan.” Itulah kata terakhir yang kudengar dari mulut anakku, Lee Fei Yao. Saat itu, aku setuju saja dengan permintaannya, karena aku tahu, Fei bisa menjaga dirinya sendiri. Siang itu berjalan seperti biasanya, aku memasak dan membersihkan rumah sambil menunggu kepulangan Fei dengan sabar. Suamiku, ayah Fei telah meninggal tiga bulan yang lalu karena sakit. Oleh karena itu, sekarang jika Fei sedang pergi aku sering merasa kesepian dan berusaha untuk mencari kesibukkan di rumah.

Matahari telah terbenam, bulan menunjukkan wajah indahnya. Biasanya saat seperti ini selalu ini kami manfaatkan dengan duduk bersama, untuk bercerita dan tertawa lepas, tetapi malam ini berbeda. Sejak tadi pagi Fei belum kembali ke rumah. Kupikir ia menginap di rumah temannya untuk mengerjakan tugas, sebelum akhirnya tetanggaku datang. “Bu, ada pembantaian besar-besaran oleh tentara merah terhadap para mahasiswa yang sedang berdemonstrasi di Tian An Men. Orang tua yang lain sedang menuju kesana untuk mencari anaknya, ibu mau ikut saya kesana?”. Tidak, tidak mungkin Fei ada disana. Ia pasti sedang baik-baik saja, tapi tidak ada salahnya jika saya ikut kesana untuk membantu para orang tua mencari anak mereka kan?
           
Tiga puluh menit kemudian aku telah berdiri di lantai berdarah tempat terjadinya tragedi tersebut bersama tetanggaku tadi, sebuah pemandangan yang sungguh mengerikan terlihat di mataku. Mayat-mayat para mahasiswa yang wajahnya tidak kukenal, dan bahkan ada beberapa yang sudah sama sekali tidak dapat dikenali terbujur kaku bergelimpangan memenuhi seluruh lapangan Tian An Men hari itu. Kulihat sudah banyak orang tua yang sedang menangisi jasat anaknya, oh, kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi tidak enak? Rasa cemas menyerang pikiranku. Apa mungkin Fei ada disini? Entah mengapa pikiranku berubah seratus delapan puluh derajat, keyakinanku seakan luntur sama sekali dan berubah menjadi rasa cemas.
           
Segera aku berjalan dengan rasa cemas memenuhi seluruh pikiranku, seperti orang kesetanan aku meneriakkan nama anakku berulang kali, pikiranku menjadi semakin tidak karuan ketika Fei tidak mengangkat telepon dariku. Sampai akhirnya aku berhenti, berdiri diam, tak bergerak. Rasanya kakiku sangat lemas dan tidak bisa lagi dipakai untuk berjalan. Pandanganku memudar, aku menangis, menangis sejadi-jadinya.
           
Malam itu, dimana matahari telah terbenam dan bulan menunjukkan wajah indahnya. Aku terduduk lemas dalam dinginnya udara malam, menangisi tubuh anakku yang telah terkulai lemas seperti teman-temannya yang lain. Aku hanya bisa mendoakan mereka agar dapat tenang disana, dan pemerintah tidak lagi bertindak sewenang-wenang dalam mengatasi masalah. “ma, aku akan pergi untuk meminta keadilan.” Kata terakhir anakku akan selalu kuingat selamanya. 

belum ada judul

baca dulu cerita ini: http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/23/kisah-cinta-yang-mengharukan/

cerpen gue kali ini disadur dari sana, gue mau coba buat dari pov suaminya

Kata orang, setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Dan ketika kita telah menemukan dia janganlah sia-siakan setiap waktu yang dapat dibagikan bersamanya, karena mereka dapat menghilang dari kehidupan kita kapan saja. Entah karena sudah bosan, kehilangan perasaan, atau dipanggil Tuhan.

Aku hanyalah seorang wirasastrawan biasa yang memiliki seorang istri yang luar biasa, setelah bertahun-tahun menikah hubungan kami semakin erat dan harmonis, kami adalah pasangan yang sanget serasi,  walaupun belum dikaruniai seorang anakpun. 

Jika ditanya mengenai keadaan ini aku sama sekali tidak merasa keberatan, karena dengan hanya bersama istriku saja aku sudah merasa sangat bahagia. Tetapi ternyata keluargaku mulai meresahkan hal ini, dan sebenarnya mereka memang tidak suka dengan istriku sejak awal. Tetapi dengan segala kebaikannya istriku dapat dengan sabar menyembunyikan semua perlakuan mereka jahat mereka, aku telah merasakan ketidakberesan sikap dari ibu dan adikku kepadanya. 

Saat itu aku mengalami sebuah kecelakaan yang cukup hebat, istriku dengan telaten merawat dan mengurus segala kebutuhanku yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Sampai saat keluargaku datang membawa Desi dan mengenalkannya kepada istriku, setelah sedikit bercakap-cakap Dian, adik iparku meminta istriku untuk menemaninya ke kantin. Setelah itu istriku tidak kunjung kembali ke ruang perawatan, ia  pergi tanpa berpamitan denganku terlebih dahulu. 

Sejak saat itu ia tidak pernah kembali ke rumah sakit sampai aku sembuh. Saat kutanyakan kepada ibuku ia hanya mengatakan bahwa istriku sedang tidak enak badan dan harus beristirahat di rumah, bodohnya saat itu aku mempercayai apa yang dikatakan oleh ibuku.

Sampai suatu hari aku akan pergi ke Sabang seorang diri demi penghematan biaya untuk bertemu dengan keluargaku. Agak sulit sebenarnya untuk meninggalkan istriku selama tiga minggu karena biasanya kami selalu pergi bersama kemanapun, apalagi perjalananku kali ini tidak sebentar, hampir satu bulan. Malam itu ia menangis seakan tidak ingin melepaskanku, hatiku terasa sangat perih melihat air mata keluar dari mata indahnya itu.

Saat tiba di Sabang aku kembali bertemu dengan Desi, Desi sebenarnya adalah salah satu mantan yang sangat disukai oleh ibuku. Akupun dipaksa untuk menikah dengannya, karena diancam tidak akan diakui lagi dalam keluarga akhirnya dengan berat hati aku pun menerima keputusan tersebut. Tetapi aku merasa belum siap untuk melakukan hal ini, akhirnya aku diberikan kesempatan dua tahun untuk mempersiapkan diri. Aku memutuskan untuk mengacuhkan istriku mulai dari hari itu agar ia membenci diriku dan tidak merasa sedih saat aku harus menikah lagi dua tahun kemudian. Selama di Sabang tidak sekalipun aku menghubungi istriku, satu-satunya sms yang terkirim dariku hanya berbunyi: 

aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.

Setelah tiga minggu di Sabang akhirnya aku pulang, dan ternyata ia berdandan cantik sekali demi menyambut kepulanganku hari itu. Ingin sekali aku memeluk atau sekedar memuji kecantikannya malam itu, tetapi aku tidak bisa. Akhirnya aku masuk ke dalam kamar kami dalam diam. Dapat kulihat wajahnya yang bingung bercampur sedih. Maafkan aku istriku, ini demi kebaikan kita. Setelah hari itu hubungan kami menjadi sangat renggang, aku selalu mengacuhkannya dan sering marah apalagi menuduhnya. Sangat sulit melihat wajah sedihnya setiap hari, dan aku tahu kelakuanku sebenarnya telah kelewatan, aku merasa telah menjadi seorang monster yang sadis dan tidak bertanggung jawab.

Dua tahun pun berlalu, saatnya aku kembali ke Sabang. Dan saat ini, aku harus membawa serta istriku agar ia mengetahui yang sebenarnya. Pada hari kepergian kami terlihat jelas dari matanya yang sayu dan membengkak bahwa ia tidak tidur semalaman, ia pasti bingung karena tiba-tiba kuajak ke Sabang hari itu. Sesampainya di rumah ibuku kami disambut oleh keluarga besarku, setelah masuk ke kamar akupun segera meninggalkan istriku sendiri di kamar karena merasa sangat sedih, aku tidak ingin ia melihatku menangis. Tidak lama setelah aku duduk bersama keluarga besarku ia keluar dari kamar dan turut bergabung dengan 
duduk di sebelahku, segera nenekku memulai pembicaraan.

Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara
dengan kau Fisha
”.

Ada apa ya Nek? Tanya istriku dengan nada penuh tanda tanya

Kau telah bergabung dengan keluarga kami
hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan
yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!
“.

Ia menangis, aku yakin ia merasa sangat terhina akan perkataan nenek

 Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu..
sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak
mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.
” Lanjut nenek dengan lantang

Walaupun telah diperlakukan seperti itu ia tetap tersenyum, memang aku tidak pernah salah pilih istri

 “Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan
dengannya
”,
kata nenek lagi

Saat itu aku sudah tidak dapat membendung air mataku kembali, akhirnya aku menangis dalam diam

 “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?akhirnya dengan tega nenek menanyakan hal tersebut

Istriku terdiam, wajahnya terlihat sangat kaget dan tegang. Kurasa ia sedang memikirkn sesuatu

 “Fish, jawab!.” Ucap ibuku yang sudah tidak sabar

Segera istriku memegang tanganku dan menjawab dengan penuh ketegasan

Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku
dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa
depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru
dirumah kami.

Itulah jawabannya, bisa dibilang ia rela jika cintaku dibagi, aku tahu sebenarnya ia tidak rela menerima wanita tersebut. Tetapi ia telah berhasil mengalahkan segala kemarahan dan mencoba untuk menerima keadaan
Kemudian ia bertanya kepadaku, siapakah wanita yang akan tinggal bersama kami nantinya.

“Dia, Desi” jawabku singkat

Ia mengatakan akan mengurus semuanya pada hari pernikahanku nanti, rasa bersalahku kepadanya semakin menjadi

Kemudian ia masuk ke kamar dan duduk di depan meja rias, ketika kulihat rambutnya rontok sangat banyak. Aku bertanya-tanya, ada apa dengan istriku? Apa yang terjadi padanya selama dua tahun ini? ia tidak pernah bisa bercerita kepadaku tentang keadaannya selama dua tahun, tetapi aku juga tidak berani bertanya kepadanya. Aku takut ia hanya akan menyalahi atau memaki-makiku, betapa pengecutnya aku saat itu, seandainya saja aku bertanya kepadanya pasti kami dapat melewatkan waktu bersama-sama lebih lama lagi.
Akhirnya hari pernikahanku dengan Desi tiba, ia terus menangis selama masa persiapan. Akhirnya karena tidak dapat menahan lagi aku pun memeluknya dan berusaha untuk menenangkannya, ia menceritakan segalanya kepadaku hari itu, kecuali penyakitnya.

Setelah pernikahanku dengan Desi selesai kami pulang ke rumah bersama, Desi disambut sangat baik oleh keluargaku, sedangkan istriku dianggap orang asing. Tapi tidak dimataku, bagiku Fisha adalah istriku satu-satunya.

Malam itu aku memutuskan untuk tidur bersama dengan istriku dengan membiarkan Desi tidur sendirian di kamar pengantin, aku merasakan bahwa waktuku bersama dengan Fisha, istriku tidak akan lama lagi. Saat itu aku menyatakan semua kekhawatiranku kepadanya.

Ternyata firasatku benar, keesokan harinya istriku mengalami pendarahan hebat. Segera aku menggendong dan melarikannya ke rumah sakit, dengan cemas aku menggenggam tangannya dan meminta maaf dari dalam hatiku. Ia mengatakan bahwa ia ingin pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan ibunya, tetapi belum sempat kami melakukan itu ia telah menghembuskan nafas terakhirnya sesaat sesudah mengatakan permohonan terakhirnya.

Aku menemukan sebuah tulisan dalam laptop istriku yang berjudul “Aku Mencintaimu Suamiku” Disana aku dapat melihat bagaimana penderitaannya selama dua tahun itu, tentang penyakitnya, tentang kesedihannya, tentang ketidakrelaannya, dan tentang kebahagian yang dirasakannya ketika ia kupanggil “Bunda”. Saat itu aku merasa bahwa aku adalah orang bodoh yang telah menyia-nyiakan malaikat yang telah dikirim Tuhan kepadaku.

Tuhan Punya Jalan Terbaik

           Maret 2006, 5 tahun yang lalu
Aku terbangun ketika mendengar bunyi gelas pecah dan teriakan mama yang sangat keras, mama menangis hebat. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi saat itu. Satu-satunya hal yang dapat kulihat hanyalah punggung papa yang semakin menjauh. Sejak hari itu, hari dimana aku belum mengerti apa-apa, papa tidak pernah kembali.

Jumat, 5 Maret 2011
“disaat kutelah mengerti, betapa indah dicintai. Hal yang tak mudah kudapatkan, sejak aku hidup di jalanan.” Sudah 5 tahun sejak berakhirnya pernikahan kedua orang tuaku, sudah 5 tahun juga aku merasakan penderitaan ini. Papaku hanyalah seorang laki-laki pengecut yang tidak bertanggung jawab, ia menikah dengan wanita lain dan membawa semua harta milik mamaku. Sekarang aku dan kedua adikku terpaksa mengamen hanya untuk makan sehari-hari dan membeli obat untuk mama yang sedang sakit keras. Aku benci papa, dia menelantarkan kami begitu saja, dimana hati laki-laki tersebut? Jika ada yang bertanya, dimana papaku berada. Aku akan menjawab, bahwa aku tidak pernah mengenal dia. Siapa yang mau mengakui manusia seperti itu sebagai ayah? Akupun tidak sudi. Aku berjanji, jika suatu hari nanti aku bertemu lagi dengannya, aku akan membunuhnya, aku berjanji. Tuhan, tolong aku membalaskan dendamku ya.
“kak Damai! Aku capek.” Rengekkan kedua adikku, Kiki dan Nana, yang masih kecil membuyarkan lamunanku. Hatiku terasa sangat pedih. Aku tidak bisa membiarkan kedua adikku menderita seperti ini, apalagi ibuku, wanita yang sudah melahirkan dan merawatku. Kulihat mereka berdua, keduanya terlihat sangat lelah dan haus. Sudah seharian ini kami terus berjalan dan bernyanyi di jalan, dinginnya malam menggigit tubuh kami yang semakin menggigil, jalan raya terlihat sangat sibuk dan ramai, semua orang sedang buru-buru untuk pulang kerja atau sekolah, memang berat hidup di Jakarta. “Yasudahlah, ayo kita istirahat sebentar” kataku sambil membeli segelas air putih yang akan kami minum bersama-sama untuk melepas dahaga, sebelum akhirnya kami pulang ke rumah untuk menyudahi segala kegiatan hari ini, untuk menceritakan semuanya kepada mama dan tertawa lepas bersama.
Sampai hari itu aku masih menyimpan dendam pada ayah. Dan aku masih menyimpan janjiku, aku akan membalaskan dendam kami padanya, suatu saat nanti. Aku yakin, Tuhan pasti akan membantuku.

Minggu, 20 Maret 2011
Pendapatan kami hari ini sangat sedikit, hanya terdengar beberapa dentingan uang koin di dalam gelas yang dibawa adikku. Kami belum makan selama dua hari, dan sepertinya kami harus puasa lagi. Dan, oh, obat mama sudah habis. Aku harus membelinya, tapi uang yang kami dapatkan hari ini tidak akan cukup. “dek, boleh saya bicara sebentar denganmu?” seorang laki-laki yang kelihatannya masih kuliah memanggilku. “ya, silakan. Ada apa ya?” aku menjawab sesopan mungkin. Orang tersebut menanyakan namaku, kami berkenalan. Namanya adalah Tama, Ko tama.
Ia menawarkan untuk mengajak aku beserta kedua adikku untuk makan bersama, tentu saja mamaku dibawakan makanan pulang. Tetapi, ada syaratnya. Aku harus pergi bersama Ko Tama, hanya aku sendiri, tanpa adik-adikku. Muncullah sedikit kecurigaan, sepertinya sih kalau dilihat-lihat Ko Tama bukanlah orang jahat, sangat baik malah. Tapi kan kata orang bijak, jangan melihat sebuah buku hanya dari sampulnya saja. Makanya, kalau wajahnya baik belum tentu hatinya juga baik kan?
Akhirnya setelah berpikir cukup lama, aku pun setuju dengan tawarannya. Hitung-hitung kami bisa makan enak sekeluarga hari ini. Setelah mengantar Kiki dan Nana kembali ke rumah  aku pun pergi dengan mobil Ko Tama yang mewah, dan tentu saja ber ac. Sebuah keadaan yang telah lama tidak kurasakan, sudah lama aku mendambakan untuk bisa naik mobil mewah seperti ini lagi dengan keluargaku. Bersama mama, Kiki, Nana, dan papa. Ya, sebenarnya, di dalam lubuk hatiku yang terdalam aku masih rindu papa, rindu saat-saat kita masih bersama. Tapi tetap saja, perlakuannya kepada kami tidak akan pernah bisa kumaafkan, hatiku telah terbutakan oleh rasa dendam.
Angin dari Ac yang menerpa wajahku terasa sangat nyaman, tanpa sadar akupun tertidur. “Damai bangun, kita sudah sampai.” Panggil Ko Tama membangunkanku. Akupun terbangun dan segera turun dari mobil, tempat apa ini? oh, aku tahu, ini Gereja. Apa dengan datang kesini aku bisa membalaskan dendamku pada papa? Ko Tama mengajakku untuk masuk ke dalam Gereja, di dalam ia mengajakku untuk berdoa pada Tuhan, menceritakan semua masalahku padaNya. Ia mengingatkanku untuk jangan lupa bersyukur kepada Tuhan. Loh? Apa yang harus kusyukuri? Hidupku selalu didera musibah dan kesulitan kok.
Tuhan, hari ini aku kembali tidak dapat uang banyak. Kukira aku harus puasa lagi hari ini. Beruntung aku bertemu dengan Ko Tama yang baik, ia mengajakku ke tempat ini. Aku tidak tahu apa gunanya ia mengajakku. Oh ya, Tuhan, Engkau jadi membantu membalaskan dendamku pada papa kan? Tolong aku ya Tuhan yang baik, Amin.
Sejak hari itu Ko Tama sering mengajakku ke Gereja, beberapa kali aku mengikuti sekolah minggu dan misa. Aku juga turut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Doaku pun berubah, aku menjadi lebih sering bersyukur kepada Tuhan, doaku selalu berisi pujian-pujian untuk Tuhan.
Entah mengapa hidupku juga berubah, rasanya langkahku menjadi lebih ringan, beban yang kuangkat sudah tidak seberat dulu. Aku kini bekerja sebagai seorang pencipta lagu rohani, dan aku cukup sukses. Sudah banyak orang yang memesan untuk dibuatkan lagu kepadaku. Akhirnya aku merasakan besarnya cinta Tuhan dalam hidupku, tapi dendam ini masih tetap tersimpan rapi dalam hatiku, tanpa berkurang sedikit pun.

Senin, 4 April 2011
Badanku terbaring lemas di rumah sakit, infus menancap di lenganku. Rasa sakitnya tak bisa diceritakan. Aku mengalami kelainan pada jantungku, sehingga aku harus menjalani operasi pencangkokan jantung, dan hari ini adalah hari terakhirku. Hari dimana aku akan menjalani operasi pencangkokan, tetapi aku bahkan tidak tahu siapa orang dermawan yang mau mendonorkan jantungnya untukku. Mama meninggal beberapa bulan yang lalu karena penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh, kedua adikku sedang bersekolah sekarang, hanya Ko Tama yang menemaniku hari ini. Tiba-tiba seseorang masuk ke kamarku, kupikir dia adalah Ko Tama. Dengan susah payah aku membuka mataku, buram. Bukan, dia bukan Ko Tama, siapa dia? Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Orang itu hanya meninggalkan sebuah amplop, yang mungkin isinya surat disamping tempat tidurku. Setelah itu dia keluar dan menutup pintu.
            Aku menebak-nebak siapa orang itu selama beberapa menit sebelum seorang suster masuk ke dalam kamarku, ia membawaku ke sebuah ruangan berbau steril, pasti ini ruang operasi. Setelah itu aku tidak sadarkan diri.
           
            Hari ini, Kamis, 6 April 2011
            Aku membuka mataku, apakah aku sudah mati? Loh, aku masih terbaring di rumah sakit, masih diatas tempat tidur yang sedari tadi menopang tubuhku. Aku masih hidup. Ini bukan mimpi kan? Aku masih hidup, Tuhan? Aku teringat akan surat tadi, segera kucari surat tersebut, beruntung, surat itu masih ada di sebelah tempat tidurku. Segera tanpa basa basi aku membuka surat beramplop biru tersebut, tidak ada nama pengirimnya.

Untuk Damai, anakku.
Hai nak, sudah lama kita tidak berbicara dan tertawa bersama ya. Papa tau, kalian semua pasti sangat dendam pada papa, papa terpaksa menikah dengan wanita itu beberapa tahun yang lalu karena masalah hukum. Papa harap kamu bisa mengerti dan memaafkan papa. Beberapa hari yang lalu papa berkenalan dengan seseorang berhati emas yang bernama Tama, dan ia mengatakan kamu ada disini. Papa tidak bisa melihat kamu menderita, papa merasa bersalah karena tidak bisa menjagamu, sudah membuatmu marah hingga membenci papa. Inilah hal terakhir yang bisa papa lakukan untukmu, untuk menebus dosa papa selama ini. Tolong jaga jantung papa yang ada di tubuhmu ya, papa sayang kalian semua. Papa lega sudah bisa menceritakan semuanya kepadamu, sekarang papa siap menjalani operasi ini dan kembali ke sisi Tuhan dengan damai. Hargailah semua hari-harimu, perjalananmu masih panjang.

Aku menangis seiring berakhirnya surat tersebut, semua rasa dendamku langsung musnah digantikan oleh rasa bersalah. Perasaanku campur aduk. “aku sayang ayah!” seruku di sela-sela tangis. Kini terungkaplah semuanya, aku merasakan mukjizat Tuhan, sekali lagi.
Sejak hari itu, hidupku menjadi sangat sukses. Aku menjadi seorang musisi ternama dan tinggal bersama kedua adikku di rumah peninggalan papa terbaik kami.
 Tuhan memang tidak akan mengabulkan semua doa kita karena Ia punya pemikiran yang lebih baik. Dan jika sekarang kita belum seberuntung yang lain, ingatlah bahwa kemarin, hari ini, dan selamanya kita punya Tuhan yang hebat. Karena semuanya akan indah pada waktunya.

little of me

Udah lama gue pengen bikin blog kayak gini, yang isinya literature projects gue. Gue ga jago dan gue bukan expert. gue cuma butuh tempat buat majang, sekaligus gudang buat cerita2 atau puisi yang gue bikin, soalnya filenya mau gue apus dari laptop dan gue taro disini aja biar ga menuh2in. :D blog lama gue, ga sih ga lama masih gue update: www.alladdresshavetaken.blogspot.com